Anak Babi Mirip Monyet, Berjanggut, Kakinya Cuma Dua
Anak babi berwajah mirip monyet di Minahasa Utara
WARGA Tumpaan Dua, Kecamatan Tumpaan, Minahasa Selatan, mendadak dihebohkan oleh lahirnya empat anak babi dengan keanehan masing-masing. Seekor berkaki mirip jari-jari manusia, seekor berkepala mirip singa, seekor berkaki tiga. Seekor lagi berkepala mirip monyet, memiliki janggut seperti kambing, dan hanya memiliki dua kaki.
Kabar itu dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut. Senin ( 1/9/2009 ), warga berbondong- bondong ke rumah sang pemilik babi, Utje Tampi, di Tumpaan Dua, untuk melihat langsung anak-anak babi aneh tersebut.
Sayang, menurut Tanta Bebe, istri Ujte Tampi, tiga ekor anak babi tersebut mati dan tinggal seekor yang bertahan hidup, diletakkan dalam sebuah baki. Anak babi yang masih hidup itu berwarna kombinasi hitam-putih, memiliki kepala mirip monyet, dan hanya memiliki dua kaki.
“Babi ini (induk) melahirkan jam dua siang. Saat lahir, anaknya cuma empat ekor, tapi semuanya memiliki keanehan. Yang satu kakinya mirip jari-jari manusia, yang satu kakinya hanya tiga, yang satu kepalanya mirip singa. Tapi yang tiga ini tidak beberapa lama saat dilahirkan langsung mati, setelah warga berbondong-bondong melihatnya. Kami kuburkan karena sudah berbau busuk,” ujar Tanta Bebe sembari menunjuk kuburan anak-anak babi itu.
Anak babi yang masih hidup itu tampaknya tidak sehat. Nafasnya tersengal-sengal. Beberapa warga yang berada di lokasi mengatakan, tak lama lagi anak babi aneh itu juga akan mati. Apalagi sejak dilahirkan hingga pukul 17.30 Wita, kemarin, anak babi itu belum disusui induknya.
“Yang tersisa ini, dari dilahirkan hingga sekarang belum disusui induknya. Hanya dialah yang bertahan,”tutur Bebe. Selain keanehan secara fisik, anak babi itu juga memiliki suara mirip monyet. “Bukan hanya wajahnya yang mirip monyet, waktu kami taruh di kursi dan dia terjatuh, suara ‘tangisannya’ juga menyerupai suara monyet. Jenis kelaminnya juga kami masih bingung, apakah jantan atau betina,”ujarnya.
Kelainan kromosom
Pakar genetika dari Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Ir Farda Takaendengan Msc, mengatakan, kelainan yang terjadi pada empat ekor anak babi di Tumpaan Dua, Minsel, terjadi karena adanya kelainan kromosom pada induk babi. “Jadi pada saat terjadi perkawinan ada yang tertinggal kromosomnya,” jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa faktor lain penyebab terjadinya kelainan tersebut bisa dikarenakan induk babi tidak mendapat makanan yang seimbang atau terserang sakit ketika bunting kemudian diberikan suntikan obat- obatan secara berlebih.
Faktor penyebab lain, bisa saja karena adanya perkawinan antarkerabat atau inbreeding. “Perkawinan antarkerabat, seperti anak babi kawin dengan induknya, atau kawinnya anak babi dengan anak babi lainnya dalam satu induk,” jelas Takaendengan.
Kelainan-kelainan seperti itu, kata Takaendengan, biasa terjadi pada hewan yang langsung melahirkan anaknya lebih dari empat, seperti, babi, ayam, kucing, dan lainnya. “Kuat dugaan saya terjadinya keanehan tersebut karena adanya kelainan kromosom,”ujarnya.
Dia membenarkan bahwa anak dari hewan yang lahir dengan kondisi fisik abnormal seperti itu sulit bertahan hidup. Takaendengan menyarankan kepada pemilik babi untuk tidak segera menguburkan anak babi yang memiliki kelainan itu, tetapi sebaiknya langsung dibawa ke Dinas Peternakan setempat atau bisa juga dibawa ke Fakultas Peternakan Unsrat untuk diteliti penyebab terjadinya kelainan. (david p kusuma/kevrent sumurung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar